Strategis Iblis Dalam Mencobai Ayub


Renungan Alkitab
(Ayub 1-2)

(Strategis Iblis Dalam Mencobai Ayub)

    Dalam kehidupan sekarang ini banyak orang mengira bahwa ketika mereka hidup takut akan Tuhan, melakukan apa yang baik di mata Tuhan dan dia tidak pernah melakukan kesalahan, maka hidupnya akan baik-baik saja dan tidak pernah merasakan penderitaan, kesakitan, kesengsaraan, tantangan hidup, dan sebagainnya. Karena dia merasa ketika dia memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, maka Tuhan akan memelihara kehidupannya, dan menjauhkannya dari segala penderitaan. Memang benar ketika kita hidup takut akan Tuhan maka Dia akan memelihara kita. Tetapi jika motivasi kita mengikuti Tuhan, kita akan menerima semua yang baik, maka ketika ketika hal buruk menimpah kita, kita akan kecewa kepada Tuhan, dan bisa saja kita akan meninggalkan Tuhan dengan alasan Tuhan tidak pernah memberikan hal yang baik bagi kita. Mari kita lihat kehidupan Ayub, orang yang percaya kepada Tuhan tetapi mengalami penderitaan.

    Kedaulatan Allah berarti bahwa Dia melaksanakan hak-Nya untuk melakukan apa yang disukai-Nya. Allah adalah penyebab atau memperkenankan terjadinya segala sesuatu yang baik yang ada di surga maupun yang ada di bumi. Mengapa kita perlu mengetahui strategis iblis dalam Mencobai Ayub? Hal ini bukan berarti Iblis dapat mengalahkan Ayub, tetapi kita dapat melihat respon Ayub ketika pencobaan itu datang kepadanya. Inilah tiga strategis iblis dalam kisah Ayub ini.

    Pertama, mendakwa Ayub dengan berbagai penderitaan dan hal itu diketahui oleh Allah. Dalam Ayub 1-2 diungkapkan bahwa kedatangan Iblis menghadap Allah terjadi sebanyak dua kali, yaitu (Ayub 1:6-13 dan Ayub 2:1-6)
Kedua, mendatangkan penyakit (Ayub 2:7) dengan kuasanya ia kemudian medatangkan penyakit barah yang busuk dari telapak kaki sampai ke batu kepala Ayub (2:7)
Ketiga, bujukan melalui orang terdekat. Iblis memanfaatkan kesempatan dari situasi yang kacau dan sangat emosional, Iblis dengan perantaraan Istrinya, mencoba untuk menggoyahkan iman Ayub dengan menyuruhnya untuk mengutuki Allah (2:9).

    Saudaraku, Tak seorang pun ingin kehilangan. Tetapi setiap manusia pasti mengalami kehilangan dalam hidupnya. harta, kesuksesan, orang yang kita kasihi, atau segala hal yang kita banggakan, bisa hilang dalam sekejap. Ketika mengalaminya, sangat wajar jika marah atau sedih. Bahkan kita mungkin mempertanyakan kehilangan ini pada Tuhan karena kita merasa sudah melakukan banyak hal baik untuk Tuhan sehingga tidak layak mengalami hal buruk itu. "Mengapa Engakau izinkan semua kejadian buruk ini menimpahku? Bukankah aku sudah setia kepada-Mu?" Begitu keluh kita. Ayub mengalami kehilangan besar. Namun, apakah ia marah kepada Tuhan mengingat betapa salehnya ia telah hidup? Yang luarbiasa, tidak pernah keluar sedikit pun kata-kata protes kepada Tuhan atas apa yang ia alami (ayat. 22). 

    Sebaliknya, Ayub tetap bisa bersyukur dan menyembah Tuhan dalam kehilangan yang ia alami. Mengapa demikian? Ayub mengakui kedaulatan Tuhan. Hidupnya milik Tuhan, Tuhan berhak melakukan apa pun atas hidupnya, termasuk menguji imannya. Dan dalam semua itu, ia percaya bahwa saat kehilangan, ia menemukan tujuan hidup bersama Tuhan. Dan Tuhan tidak pernah bermaksud jahat ketika mengizinkan iblis mengambil apapun di dalam hidup kita. meskipun banyak strategis iblis untuk mencobai kita, untuk menjatuhkan kita, tetapi sebaliknya, Tuhan sedang menyediakan Maksud terbaik di balik ujian yang kita alami. Itu semua supaya kita bukan lagi mengenal Tuhan dari kata orang, tetapi karena mengalami pernyataan pribadi-Nya dalam hidup kita setiap hari.

Amin....
Tuhan Yesus MemberkatiπŸ’™πŸ’•


Editor      : Zalukhu
Post by    : Admin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bakar Batu Setelah Usai Pengeroyokan Terhadap Mahasiswa Papua Asal Lani Jaya Kota Study Jogyakarta.

Introspeksi